eHikmawan.com - Masyarakat sepakbola Kota Bekasi, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, sangat mengimpikan hadirnya klub sepakbola asli Bekasi yang berlaga di pentas tertinggi di Indonesia. Wajar saja, meskipun federasi sepakbola Indonesia (PSSI) sama sekali tidak bisa dibanggakan karena berbagai penyakit akut yang dideritanya, namun kehadiran klub sepakbola di kasta tertinggi yang saat ini bernama Qatar National Bank League tentulah membanggakan bagi sebagian orang. Dan hari Ahad tanggal 12 April 2015 kemarin akhirnya mimpi masyarakat sepakbola Kota Bekasi terwujud dengan mergernya klub kebanggaan Kota Bekasi, Persipasi, dengan Pelita Bandung Raya (PBR) dan bertransformasi nama menjadi Persipasi Bandung Raya. Pelita, yang sebelumnya menjadi klub musafir dengan berpindah-pindah homebase ke Solo, Karawang, dan Bandung akhirnya berlabuh ke Bekasi dengan (kabarnya) dilakukan pembelian 55% saham oleh kubu Persipasi.

Launching Persipasi Bandung Raya

Menyikapi hal ini, saya sebagai pecinta sepakbola (meski lebih sering menjadi suporter dunia maya wkwkwk), menganggap langkah mergernya Persipasi dan Pelita Bandung Raya adalah sebuah hal yang (agak) positif. Mengapa? Alasan pertama karena nasib Persipasi yang kembang kempis, hidup segan mati tak mau. Sering saya baca nasib mengenaskan klub Persipasi di berbagai media massa, padahal Kota Bekasi adalah salah satu kota termaju di Indonesia. Hadirnya kesepakatan merger ini tentu membuat "nafas" Persipasi kembali berdenyut, terlebih saat diberi kesempatan langsung berlaga di kasta elit di Indonesia. Kedua, stadion di Bekasi yaitu Stadion Patriot (atau masyarakat Bekasi sering menyebut sebagai GOR Bekasi) sudah dibangun dengan megahnya. Rasanya mubazir apabila tidak digunakan oleh tim dengan derajat yang tinggi. PBR adalah salah satu tim yang lolos babak delapan besar ISL 2014, dengan kata lain termasuk salah satu tim elit walaupun baru terbentuk setahun. Alasan ketiga, masyarakat Bekasi menurut saya adalah target pasar yang sangat potensial dan membutuhkan hiburan. Sepakbola adalah hiburan rakyat yang murah meriah, dan hadirnya tontonan berkelas nasional di Stadion Patriot tentu saja menjadi angin segar bagi pecinta sepakbola.

Namun terlepas dari ketiga alasan tersebut, tentu saja kita tidak bisa tidak harus waspada terhadap beberapa hal. Utamanya dari masih "sakit"nya PSSI dan PT Liga Indonesia sebagai operator QNB League. Ketidakprofesionalan PT LI sebagai penyelenggara terlihat sekali saat kita mencermati tentang pelaksanaan QNB League tahun ini. Tidak lengkapnya persyaratan yang diminta BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia), masih adanya tunggakan gaji pemain dari beberapa klub, hingga berbagai keputusan yang diambil "semau gue" membuat (calon) suporter Persipasi Bandung Raya harus bersiap-siap bila suatu saat nanti dikecewakan oleh PSSI dan PT LI.

Kewaspadaan selanjutnya adalah tentang klub Pelita, jangan sampai Bekasi hanya dijadikan sebagai pelarian saja, karena seperti kita tau bersama bahwa sebelum pindah ke Bekasi klub Pelita Bandung Raya terkena krisis finansial yang cukup parah, dan saya pribadi menduga pindahnya homebase ke Bekasi adalah untuk menyelamatkan klub Pelita Bandung Raya dari krisis finansial tersebut. Tak heran walikota Bekasi, Rahmat Effendi, meminta agar klub Persipasi Bandung Raya menggunakan nama Persipasi tanpa embel-embel apapun karena sudah menjadi ikon Kota Bekasi sejak dulu.

Yang terakhir, setelah membaca beberapa fanspage/grup di Facebook tentang Persipasi (antara lain di sini: https://www2.facebook.com/Persipasi.info), mergernya Persipasi dan Pelita Bandung Raya mengindikasikan permainan politik dari Pemkot Bekasi di mana sebelumnya telah "sukses" menghancurkan Persipasi (antara lain dengan cara melarang penggunaan Stadion Patriot Bekasi), serta proses merger dan pembelian saham yang tidak transparan dan cenderung aneh (metode pembelian bagaimana, atas badan hukum apa, dana dari mana, dan berapa nilainya)